Rabu, 26 Juni 2013

BAB 3 Gambaran Desa Surodadi



3.1   JUSTIFIKASI DAN DELINIASI WILAYAH STUDI
3.1.1 Justifikasi Pemilihan Desa Surodadi
Desa Surodadi merupakan wilayah pesisir yang sudah memiliki  berbagai prestasi dalam pengelolaan mangrove maupun tambaknya. Desa Surodadi dijadikan desa percontohan penghijauan pantai di Indonesia pada tahun 2004. Selain itu, pada tahun 2004 Desa Surodadi mendapatkan penghargaan intensifikasi tambak terbaik tingkat nasional. Agar Desa Surodadi dapat semakin berkembang dan semakin berprestasi maka dibutuhkan pengembangan dari sektor pariwisata yang dapat menarik banyak pengunjung. Pariwisata yang akan dikembangkan pun harus berdaya dukung lingkungan dengan mengedepankan budidaya dan konservasi alam hutan mangrove.  Sebagai kawasan yang akan dikembangkan sektor pariwisatanya, Desa Surodadi sudah memiliki modal yang cukup dari segi aspek jalannya. Jalan masuk menuju Desa Surodadi berada di jalan nasional Kabupaten Demak yang kemudian memasuki Desa Tugu yang sudah memiliiki akses jalan yang baik yang sudah menggunakan betonisasi sebagai pengeras jalan. Jalan lokal ini berada dari sepanjang Desa Tugu hingga ke Desa Surodadi, akan tetapi terdapat di beberapa titik yang belum menggunkan pengerasan jalan. Hutan mangrove yang sudah memiliki prestasi yang baik akan semakin berprestasi dengan adanya kawasan pariwisata yang akan mendukung budidaya maupun konservasi hutan mangrove tersebut.
3.1.2 Deliniasi Wilayah Perancangan
Sumber: Analisis Kelompok 1, 2013
Gambar 3.1
Peta Deliniasi Wilayah Perencanaan
Wilayah perancangan yang akan digunakan sebagai kawasan perancangan terletak di bagian barat laut pesisir Desa Surodadi dengan luas lahan 26 Ha. Wilayah perencanaan ini dijadikan sebagai kawasan perancangan dengan pertimbangan berbagai kondisi yang ada.
3.1.3 Justifikasi Pemilihan Konsep Wisata Edukasi Budidaya Mangrove
Mangrove yang menjadi percontohan merupakan mangrove yang berada di area sekitar tambak karena digunakan sebagai greenbelt dan tempat pembudidayaan hasil tambak sedangkan mangrove yang berada di kawasan garis pantai masih harus terus dikembangkan dan dibudidayakan akan dapat memecah laju ombak yang mengakibatnya hilangnya daratan di bibir pantai. Untuk dapat mengajak banyak orang yang turut berkontribusi membudidayakan dan menjaga kelangsungan hutan mangrove di garis pantai Desa Surodadi, sektor pariwisata lah yang dapat dikembangkan. Pariwisata yang dikembangkan merupakan pariwisata berbasis edukasi yang dapat turut membudidayakan mangrove melalui penanaman, pelatihan, konservasi, dan pengolahan dari mangrove itu sendiri, serta manajemen pengembangan pariwisata pun sangat dibutuhkan. Dengan adanya pariwisata berbasis edukasi yang dapat membudidayakan mangrove maka kelestarian dan konservasi mangrove dapat terjaga.
SINTESA JUSTIFIKASI
Tabel III.1
Sintesa Justifikasi
MASALAH
SINTESA KONSEP PERENCANAAN
TUJUAN
Kesadaran masyarakat atas pembudidayaan mangrove (carik Desa Surodadi, 2013)
Meningkatkan kesadaran budidaya mangrove terhadap masyarakat dan pengunjung wisata melalui pelatihan dan penyuluhan konservasi mangrove
Masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya keberadaan mangrove dalam berkehidupan di wilayah pesisir
Seluas 210 Ha lahan tambak hilang
Membuat green belt di sekeliling tambak menggunakan mangrove maupun api-api
Tidak ada lagi lahan tambak yang hilang dan tergerus oleh air laut
Seluas 21 Ha mangrove dalam keadaan rusak (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010)
Mengintensifkan pembudidayaan mangrove di garis pantai yang belum di tumbuhi mangrove dan me-revitalisasi tanaman mangrove yang dalam keadaan rusak
Tidak ada lagi mangrove dalam keadaan rusak sehingga kondisi mangrove di Desa Surodadi dalam keadaan ideal sepenuhnya
Terjadi banjir rob setinggi 0,5 – 1,5 m ketika air laut pasang (Bappeda Kab. Demak, 2010)
Mengintensifkan pembudidayaan mangrove di garis pantai yang belum di tumbuhi mangrove
Banjir rob sudah tidak menggenangi daratan dan permukiman warga Desa Surodadi
Ketergantungan penduduk terhadap hasil laut (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2013)
Menumbuhkan sektor perekonomian baru melalui sektor pariwisata
Masyarakat tidak hanya bergantung terhadap hasil laut, akan tetapi bias bekerja dari sektor perekonomian baru, yaitu sektor pariwisata
Kurang beragamnya sektor ekonomi di Desa Surodadi (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2013)
Meningkatkan sektor perekonomian warga melalui sektor pariwisata
Meningkatnya sektor perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Desa Surodadi
Hasil olahan buah api-api dan mangrove belum maksimal (carik Desa Surodadi)
Memberikan pelatihan terhdap masyarakat dalam mengelola hasil buah api-api dan mangrove, sehingga masyarakat nantinya dapat dipekerjakan dalam wisata edukasi untuk memberikan penyuluhan kepada pengunjung dan juga dapat memjual hasil olahannya di tempat pusat oleh-oleh yang akan di rancang
Pengolahan buah api-api dan mangrove dapat dijadikan value added dari tanaman mangrove dan api-api sehingga dapat menambah pemasukan bagi masyarakat
Sampah mengotori sungai yang mengalir di Desa Surodadi
Membuat kantung-kantung sampah atau tempat pembuangan sementara di Desa Surodadi dan juga menyebarkan tong-tong sampah di sekitar area wisata
Air aliran sungan menjadi bersih dan tidak terhambat sampah
Wisata perahu untuk menyusuri pantai hutan mangrove belum tereksplor wisatawan
Membuat wisata perahu agar terintegrasi dengan wisata edukasi yang akan dirancang, sehingga dapat dipromosikan lebih baik lagi
Wisata mangrove menjadi wisata yang dikenal dan banyak dikunjungi wisatawan domestic maupun manca negara
Sumber: Analisis Kelompok 1B, Desa Surodadi
3.2 KONDISI GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH PERANCANGAN
Secara geografis wilayah perancangan terletak pada titik 6°52’33.06”S dan 110°30’41.68”T. Dengan luas wilayah perancangan sebesar 21,9 ha.
Lokasi perancangan terletak di Desa Surodadi yang  memiliki luas wilayah sebesar 500.847 ha. Desa Surodadi merupakan salah satu wilayah di daerah pesisir yang berbatasan dengan:
Utara               : Laut Jawa
Selatan            : Desa Tugu
Barat               : Desa Timbul Sloko
Timur             : Desa Tambak Bulusan



3.2.1 Aspek Fisik
Kondisi fisik lokasi perancangan dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel III.2
Karakteristik Fisik Lokasi Perancangan
Aspek Fisik
Karakteristik
Topografi
kelerengan antara 0 - 2%
Morfologi
dataran rendah, 0 – 5 m.
Klimatologi
27,7 – 34,8 mm/ hari
Jenis Tanah
Alluvial Hidromorf
Keseuaian Lahan
Kawasan Budidaya
Bahaya Geologi

masih cukup sering terjadi bencana rob dan abrasi, karena lahan yang sudah terkena banjir ditambah lagi dengan sungai yang terhambat oleh sampah. Di Desa Surodadi, kerap terendam banjir dengan ketinggian 0,5 - 1,5 meter.
Sumber: Bappeda, 2010

3.2.2       Kondisi Mangrove Desa Surodadi
Secara umum kondisi mangrove di Desa Surodadi tergolong cukup baik. Dari total luas ekosistem mangrove 446 ha, 325 ha dalam kondisi baik, 21 ha dalam kondisi rusak dan 100 ha dalam kondisi siap tanam. Kondisi yang cukup baik ini dibuktikan dengan adanya beberapa penghargaan yang diperoleh oleh Desa Surodadi terkait dengan ekosistem mangrove antara lain Penghargaan Intensifikasi Tambak Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2004, Reboisasi Pantai Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2007.
Tabel III.3
Kondisi Mangrove di Kecamatan Sayung dan Desa surodadi
lokasi
panjang pantai (km)
garis pantai (km)
abrasi pantai (km)
akresi pantai (km)
penanggulanggan abrasi pantai (km)
ekosistem mangrove (Ha)
kecamatan
desa
baik
rusak
ideal
presentase tutupan (%)
kerapatan pohon (pohon/ha)
sayung

10
23,36
370,04
19,26
tanggung di desa bedono
1184
400
2748,04

2 - 2.5 m

surodadi
3
5,56
92,01
19,26
-
325
21
257
84,45%
2 m
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010

Mangrove ditanam disepanjang bantaran sungai, sepanjang pantai, halaman rumah dan pematang / guludan ombak. Jenis tanaman mangrove yang tumbuh di Desa Surodadi mayoritas berasal dari jenis Rhizopora apiculata untuk tingkat pohon dan Rhizopora mucronata (bakau) yang oleh penduduk setempat disebut “mbako”. Rata-rata persentase tumbuh tanaman mangrove hasil rehabilitasi yang dilakukan adalah 88.60 %. Persentase tersebut lebih tinggi dari persentase tumbuh rata-rata tanaman hasil rehabilitasi yang dilakukan di sepanjang pantai Utara Jawa yaitu 78 %. Di Desa Surodadi hampir tidak dijumpai tanaman mangrove yang tumbuh bersama dengan vegetasi lain.
3.2.3       Aspek Non Fisik
a.  Penduduk dan Kependudukan
Tabel III.4
Jumlah Penduduk di Desa Surodadi
No
Desa
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
1
Surodadi
1,547
1,616
3,163
                                    Sumber: Kecamatan Sayung Dalam Angka 2010

Tabel III.5
Kepadatan Penduduk di Desa Surodadi
No
Desa
Luas (km2)
Jumlah Penduduk (jiwa)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
1
Surodadi
5,10
3,163
620
              Sumber: Kecamatan Sayung Dalam Angka 2010

                        Sumber: Kecamatan Sayung Dalam Angka 2010
Gambar 3.2
Piramida Penduduk Desa Surodadi Tahun 2010

Struktur piramida penduduk Desa Surodadi pada tahun 2010 memiliki bentuk Expansive yaitu menunukkan penduduk usia muda lebih banyak dibandingkan dengan usia dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk dapat dikatan cukup tinggi. Piramida Penduduk Expansive memiliki ciri-ciri :
·         Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
·         Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
·         Tingkat kelahiran bayi tinggi
·         Pertumbuhan penduduk tinggi
b.  Kegiatan Perekonomian
Kegiatan perekonomian di wilayah perancangan memanfaatkan lapangan pekerjaan seperti bertani, tambak, dan memelihara ternak. Namun, pekerjaan mereka juga tergantung pada musim, jika musim panen padi tiba mereka beralih pekerjaan menjadi petani, jika tidak musim panen, mereka beralih pekerjaan seperti berternak, dsb.

3.3      POTENSI DAN MASALAH EKOWISATA DI KAWASAN PERANCANGAN
Potensi merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu daerah dimana keadaan tersebut dapat dikembangkan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan terhadap daerah itu sendiri. Lokasi kawasan perancangan yang terletak di Desa Surodadi memiliki banyak potensi yang berkaitan dengan ekowisata yang dapat dikembangkan, baik potensi fisik maupun non fisik. Potensi yang ada ditekankan pada aspek pelestarian alam yang selalu terjaga tanpa adanya kekhawatiran akan degradasi dan ekspliotasi lingkungan. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Surodadi.
Potensi Ekowisata:
·         Merupakan Kawasan yang Strategis
Kawasan Perancangan terletak di Desa Surodadi, Kecamatan Sayung yang berbatas langsung dengan Kota Semarang. Hal ini menyebabkan kawasan menjadi ramai dilalui dan sangat strategis.
·         Budidaya Mangrove
Kondisi mangrove di kawasan perancangan yang baik menjadikan wilayah ini memiliki potensi wisata alam mangrove dan pemandangan laut jawa. Hutan mangrove di kawasan perancangan ini juga dijadikan sebagai penahan abrasi laut serta dibudidayakan untuk diolah menjadi makanan yang dapat menjadi alternatif dalam pengembangan potensi lokal untuk meningkatkan ekonomi rakyat di Desa Surodadi. Pemanfaatan potensi kawasan mangrove dapat menjaga keutuhan wilayah alam dan pemeliharaan kondisi alam itu sendiri.
Masalah merupakan suatu hal yang menjadi hambatan bagi pembangunan dan pengembangan suatu wilayah. Masalah-masalah tersebut dapat berasal dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) wilayah atau kawasan tertentu. Lokasi kawasan perancangan yang terletak di Desa Surodadi masih memiliki masalah-masalah yang mengahambat pembangunan dan pengembangan pariwisata mangrove yang ada di wilayah desa tersebut.
Masalah Ekowisata
·         Rob dan Abrasi
Kawasan perancangan yang terletak di kawasan pesisir ini rawan terhadap rob dan banjir, adanya rob dan abrasi tersebut merusak kawasan mangrove seluas 21 Ha serta 210 ha lahan tambak. Lahan tambak yang rusak mengakibatkan penurunan produksi.
·         Perhatian Masyarakat Kurang
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pembudidayaan mangrove, masih ada warga yang sering merusak mangrove dengan cara melakukan penebangan dan pemangkasan yang salah. Selain terdapat mangrove adanya tanaman buah api-api yang pengelolaannya masih belum maksimal oleh warga setempat.
·         Sistem Persampahan yang Buruk
Kondisi persampahan masih sangat buruk. Belum disediakannya bak-bak sampah yang cukup. Kebanyakan warga membuang sampah mereka sembarang ke sungai yang menyebabkan sampah hanyut dan menyangkut di perakaran tanaman mangrove yang dapat mengakibatkan tanaman roboh karena beban sampah atau tertutupnya perakaran karena sampah.


Potensi pemandangan Laut Jawa
Kondisi mangrove yang baik
Kondisi mangrove yang baik
Kondisi lingkungan yang dikotori oleh sampah yang dibuang sembarang

Sumber: Analisis Kelompok 1, 2013

Gambar 3.3
Potensi dan Permasalah wisata di Kawasan Perancangan



0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About