3.1.1 Justifikasi Pemilihan Desa Surodadi
Desa Surodadi
merupakan wilayah pesisir yang sudah memiliki
berbagai prestasi dalam pengelolaan mangrove
maupun tambaknya. Desa Surodadi dijadikan desa percontohan penghijauan pantai
di Indonesia pada tahun 2004. Selain itu, pada tahun 2004 Desa Surodadi mendapatkan
penghargaan intensifikasi tambak terbaik tingkat nasional. Agar Desa Surodadi
dapat semakin berkembang dan semakin berprestasi maka dibutuhkan pengembangan
dari sektor pariwisata yang dapat menarik banyak pengunjung. Pariwisata yang
akan dikembangkan pun harus berdaya dukung lingkungan dengan mengedepankan
budidaya dan konservasi alam hutan mangrove. Sebagai kawasan yang akan dikembangkan sektor
pariwisatanya, Desa Surodadi sudah memiliki modal yang cukup dari segi aspek
jalannya. Jalan masuk menuju Desa Surodadi berada di jalan nasional Kabupaten
Demak yang kemudian memasuki Desa Tugu yang sudah memiliiki akses jalan yang
baik yang sudah menggunakan betonisasi sebagai pengeras jalan. Jalan lokal ini
berada dari sepanjang Desa Tugu hingga ke Desa Surodadi, akan tetapi terdapat
di beberapa titik yang belum menggunkan pengerasan jalan. Hutan mangrove yang sudah memiliki prestasi
yang baik akan semakin berprestasi dengan adanya kawasan pariwisata yang akan
mendukung budidaya maupun konservasi hutan mangrove
tersebut.
3.1.2 Deliniasi Wilayah Perancangan
Gambar 3.1
Peta Deliniasi Wilayah
Perencanaan
Wilayah
perancangan yang akan digunakan sebagai kawasan perancangan terletak di bagian
barat laut pesisir Desa Surodadi dengan luas lahan 26 Ha. Wilayah perencanaan
ini dijadikan sebagai kawasan perancangan dengan pertimbangan berbagai kondisi
yang ada.
3.1.3 Justifikasi Pemilihan Konsep Wisata Edukasi Budidaya Mangrove
Mangrove yang menjadi percontohan merupakan mangrove yang berada di area sekitar
tambak karena digunakan sebagai greenbelt
dan tempat pembudidayaan hasil tambak sedangkan mangrove yang berada di kawasan garis pantai masih harus terus
dikembangkan dan dibudidayakan akan dapat memecah laju ombak yang mengakibatnya
hilangnya daratan di bibir pantai. Untuk dapat mengajak banyak orang yang turut
berkontribusi membudidayakan dan menjaga kelangsungan hutan mangrove di garis pantai Desa Surodadi,
sektor pariwisata lah yang dapat dikembangkan. Pariwisata yang dikembangkan
merupakan pariwisata berbasis edukasi yang dapat turut membudidayakan mangrove melalui penanaman, pelatihan,
konservasi, dan pengolahan dari mangrove
itu sendiri, serta manajemen pengembangan pariwisata pun sangat dibutuhkan.
Dengan adanya pariwisata berbasis edukasi yang dapat membudidayakan mangrove maka kelestarian dan konservasi
mangrove dapat terjaga.
SINTESA JUSTIFIKASI
Tabel III.1
Sintesa
Justifikasi
MASALAH
|
SINTESA KONSEP
PERENCANAAN
|
TUJUAN
|
Kesadaran
masyarakat atas pembudidayaan mangrove (carik
Desa Surodadi, 2013)
|
Meningkatkan kesadaran budidaya mangrove
terhadap masyarakat dan pengunjung wisata melalui pelatihan dan penyuluhan
konservasi mangrove
|
Masyarakat memiliki kesadaran akan
pentingnya keberadaan mangrove dalam berkehidupan di wilayah pesisir
|
Seluas 210 Ha
lahan tambak hilang
|
Membuat green
belt di sekeliling tambak menggunakan mangrove maupun api-api
|
Tidak ada lagi lahan tambak yang hilang dan
tergerus oleh air laut
|
Seluas 21 Ha
mangrove dalam keadaan rusak (Dinas
Kelautan dan Perikanan, 2010)
|
Mengintensifkan pembudidayaan mangrove di
garis pantai yang belum di tumbuhi mangrove dan me-revitalisasi tanaman mangrove yang dalam keadaan rusak
|
Tidak ada lagi mangrove dalam keadaan rusak
sehingga kondisi mangrove di Desa Surodadi dalam keadaan ideal sepenuhnya
|
Terjadi banjir rob
setinggi 0,5 – 1,5 m ketika air laut pasang (Bappeda Kab. Demak, 2010)
|
Mengintensifkan pembudidayaan mangrove di
garis pantai yang belum di tumbuhi mangrove
|
Banjir rob sudah tidak menggenangi daratan
dan permukiman warga Desa Surodadi
|
Ketergantungan
penduduk terhadap hasil laut (Dinas
Kelautan dan Perikanan, 2013)
|
Menumbuhkan sektor perekonomian baru melalui
sektor pariwisata
|
Masyarakat tidak hanya bergantung terhadap
hasil laut, akan tetapi bias bekerja dari sektor perekonomian baru, yaitu
sektor pariwisata
|
Kurang beragamnya
sektor ekonomi di Desa Surodadi (Dinas
Kelautan dan Perikanan, 2013)
|
Meningkatkan sektor perekonomian warga
melalui sektor pariwisata
|
Meningkatnya sektor perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat Desa Surodadi
|
Hasil olahan buah
api-api dan mangrove belum maksimal (carik
Desa Surodadi)
|
Memberikan pelatihan terhdap masyarakat
dalam mengelola hasil buah api-api dan mangrove, sehingga masyarakat nantinya
dapat dipekerjakan dalam wisata edukasi untuk memberikan penyuluhan kepada
pengunjung dan juga dapat memjual hasil olahannya di tempat pusat oleh-oleh
yang akan di rancang
|
Pengolahan buah api-api dan mangrove dapat
dijadikan value added dari tanaman
mangrove dan api-api sehingga dapat menambah pemasukan bagi masyarakat
|
Sampah mengotori
sungai yang mengalir di Desa Surodadi
|
Membuat kantung-kantung sampah atau tempat
pembuangan sementara di Desa Surodadi dan juga menyebarkan tong-tong sampah
di sekitar area wisata
|
Air aliran sungan menjadi bersih dan tidak
terhambat sampah
|
Wisata perahu
untuk menyusuri pantai hutan mangrove belum tereksplor wisatawan
|
Membuat wisata perahu agar terintegrasi
dengan wisata edukasi yang akan dirancang, sehingga dapat dipromosikan lebih
baik lagi
|
Wisata mangrove menjadi wisata yang dikenal
dan banyak dikunjungi wisatawan domestic maupun manca negara
|
Sumber: Analisis Kelompok 1B, Desa Surodadi
3.2 KONDISI
GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH PERANCANGAN
Secara geografis wilayah perancangan
terletak pada titik 6°52’33.06”S dan
110°30’41.68”T. Dengan luas wilayah perancangan sebesar 21,9 ha.
Lokasi perancangan terletak di Desa
Surodadi yang memiliki luas wilayah
sebesar 500.847 ha. Desa Surodadi merupakan salah satu wilayah di daerah
pesisir yang berbatasan dengan:
Utara : Laut Jawa
Selatan :
Desa Tugu
Barat :
Desa Timbul Sloko
Timur :
Desa Tambak Bulusan
3.2.1 Aspek Fisik
Kondisi fisik lokasi perancangan dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel III.2
Karakteristik
Fisik Lokasi Perancangan
Aspek Fisik
|
Karakteristik
|
Topografi
|
kelerengan antara 0 - 2%
|
Morfologi
|
dataran rendah, 0 – 5 m.
|
Klimatologi
|
27,7 – 34,8 mm/ hari
|
Jenis Tanah
|
Alluvial Hidromorf
|
Keseuaian Lahan
|
Kawasan Budidaya
|
Bahaya Geologi
|
masih cukup sering
terjadi bencana rob dan abrasi, karena lahan yang sudah terkena banjir
ditambah lagi dengan sungai yang terhambat oleh sampah. Di Desa Surodadi, kerap terendam
banjir dengan ketinggian 0,5 - 1,5 meter.
|
Sumber: Bappeda, 2010
3.2.2 Kondisi Mangrove Desa Surodadi
Secara umum kondisi mangrove di Desa Surodadi
tergolong cukup baik. Dari total luas ekosistem mangrove 446 ha, 325 ha dalam
kondisi baik, 21 ha dalam kondisi rusak dan 100 ha dalam kondisi siap tanam.
Kondisi yang cukup baik ini dibuktikan dengan adanya beberapa penghargaan yang
diperoleh oleh Desa Surodadi terkait dengan ekosistem mangrove antara lain
Penghargaan Intensifikasi Tambak Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2004, Reboisasi
Pantai Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2007.
Tabel III.3
Kondisi Mangrove
di Kecamatan Sayung dan Desa surodadi
lokasi
|
panjang
pantai (km)
|
garis
pantai (km)
|
abrasi
pantai (km)
|
akresi
pantai (km)
|
penanggulanggan
abrasi pantai (km)
|
ekosistem
mangrove (Ha)
|
|||||
kecamatan
|
desa
|
baik
|
rusak
|
ideal
|
presentase tutupan (%)
|
kerapatan pohon (pohon/ha)
|
|||||
sayung
|
10
|
23,36
|
370,04
|
19,26
|
tanggung di desa bedono
|
1184
|
400
|
2748,04
|
2 - 2.5 m
|
||
surodadi
|
3
|
5,56
|
92,01
|
19,26
|
-
|
325
|
21
|
257
|
84,45%
|
2 m
|
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2010
Mangrove ditanam
disepanjang bantaran sungai, sepanjang pantai, halaman rumah dan pematang /
guludan ombak. Jenis tanaman mangrove yang tumbuh di Desa Surodadi mayoritas
berasal dari jenis Rhizopora apiculata untuk tingkat pohon dan Rhizopora
mucronata (bakau) yang oleh penduduk setempat disebut “mbako”. Rata-rata
persentase tumbuh tanaman mangrove hasil rehabilitasi yang dilakukan adalah
88.60 %. Persentase tersebut lebih tinggi dari persentase tumbuh rata-rata
tanaman hasil rehabilitasi yang dilakukan di sepanjang pantai Utara Jawa yaitu
78 %. Di Desa Surodadi hampir tidak dijumpai tanaman mangrove yang tumbuh
bersama dengan vegetasi lain.
3.2.3 Aspek Non Fisik
a. Penduduk dan
Kependudukan
Tabel III.4
Jumlah Penduduk di Desa Surodadi
No
|
Desa
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah Penduduk
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Surodadi
|
1,547
|
1,616
|
3,163
|
Sumber: Kecamatan Sayung Dalam
Angka 2010
Tabel III.5
Kepadatan
Penduduk di Desa Surodadi
No
|
Desa
|
Luas (km2)
|
Jumlah
Penduduk (jiwa)
|
Kepadatan
Penduduk (jiwa/km2)
|
1
|
Surodadi
|
5,10
|
3,163
|
620
|
Sumber: Kecamatan Sayung Dalam Angka
2010
Sumber: Kecamatan Sayung
Dalam Angka 2010
Gambar 3.2
Piramida Penduduk Desa Surodadi Tahun 2010
Struktur piramida
penduduk Desa Surodadi pada tahun 2010 memiliki bentuk Expansive yaitu menunukkan penduduk usia muda lebih banyak
dibandingkan dengan usia dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk dapat
dikatan cukup tinggi. Piramida Penduduk Expansive
memiliki ciri-ciri :
·
Sebagian besar
berada pada kelompok penduduk muda
·
Kelompok usia tua
jumlahnya sedikit
·
Tingkat kelahiran
bayi tinggi
·
Pertumbuhan
penduduk tinggi
b. Kegiatan
Perekonomian
Kegiatan perekonomian di wilayah perancangan memanfaatkan lapangan pekerjaan
seperti bertani, tambak, dan memelihara ternak. Namun, pekerjaan mereka juga
tergantung pada musim, jika musim panen padi tiba mereka beralih pekerjaan
menjadi petani, jika tidak musim panen, mereka beralih pekerjaan seperti
berternak, dsb.
3.3
POTENSI DAN MASALAH EKOWISATA DI KAWASAN PERANCANGAN
Potensi merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu
daerah dimana keadaan tersebut dapat dikembangkan, sehingga dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat dan terhadap daerah itu sendiri. Lokasi kawasan
perancangan yang terletak di Desa Surodadi memiliki banyak potensi yang
berkaitan dengan ekowisata yang dapat dikembangkan, baik potensi fisik maupun
non fisik.
Potensi yang ada ditekankan pada aspek pelestarian alam yang selalu terjaga
tanpa adanya kekhawatiran akan degradasi dan ekspliotasi lingkungan. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan
dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Surodadi.
Potensi
Ekowisata:
·
Merupakan Kawasan yang Strategis
Kawasan Perancangan terletak di Desa
Surodadi, Kecamatan Sayung yang berbatas langsung dengan Kota Semarang. Hal ini
menyebabkan kawasan menjadi ramai dilalui dan sangat strategis.
·
Budidaya Mangrove
Kondisi mangrove di kawasan perancangan yang
baik menjadikan wilayah ini memiliki potensi wisata alam mangrove dan
pemandangan laut jawa. Hutan mangrove di kawasan perancangan ini juga dijadikan
sebagai penahan abrasi laut serta dibudidayakan untuk diolah menjadi makanan
yang dapat menjadi alternatif dalam pengembangan potensi lokal untuk meningkatkan
ekonomi rakyat di Desa Surodadi.
Pemanfaatan potensi kawasan mangrove dapat menjaga keutuhan wilayah alam
dan pemeliharaan kondisi alam itu sendiri.
Masalah merupakan suatu hal yang menjadi hambatan bagi
pembangunan dan pengembangan suatu wilayah. Masalah-masalah tersebut dapat
berasal dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal)
wilayah atau kawasan tertentu. Lokasi kawasan perancangan yang terletak di Desa
Surodadi masih memiliki masalah-masalah yang mengahambat pembangunan dan
pengembangan pariwisata mangrove yang ada di wilayah desa tersebut.
Masalah Ekowisata
·
Rob dan Abrasi
Kawasan perancangan yang terletak di kawasan pesisir ini rawan terhadap rob dan banjir, adanya rob
dan abrasi tersebut merusak kawasan mangrove seluas 21 Ha serta 210 ha lahan
tambak. Lahan tambak yang rusak mengakibatkan penurunan produksi.
·
Perhatian Masyarakat Kurang
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pembudidayaan
mangrove, masih ada warga yang sering merusak mangrove dengan
cara melakukan penebangan dan pemangkasan yang salah. Selain terdapat mangrove adanya tanaman buah
api-api yang pengelolaannya masih belum maksimal oleh warga setempat.
·
Sistem Persampahan yang Buruk
Kondisi persampahan masih sangat buruk.
Belum disediakannya bak-bak sampah yang cukup. Kebanyakan warga membuang sampah
mereka sembarang ke sungai yang menyebabkan sampah hanyut
dan menyangkut di perakaran tanaman mangrove yang dapat mengakibatkan tanaman
roboh karena beban sampah atau tertutupnya perakaran karena sampah.
Potensi pemandangan Laut Jawa
|
Kondisi mangrove yang baik
|
Kondisi mangrove yang baik
|
Kondisi
lingkungan yang dikotori oleh sampah yang dibuang sembarang
|
Gambar 3.3
Potensi dan Permasalah wisata di Kawasan Perancangan
0 komentar:
Posting Komentar