Rabu, 26 Juni 2013

BAB 4 Penjabaran Konsep Perencanaan



4.1             PENJABARAN KONSEP PERENCANAAN
Untuk dapat mengembangkan pariwisata pesisir berbasis pembangunan berkelanjutan, maka potensi yang sudah ada di Desa Surodadi harus digali. Desa Surodadi merupakan desa yang mempunyai potensi hutan mangrove yang baik. Hal tersebut dikarenakan, Desa Surodadi dijadikan desa percontohan penghijauan pantai di Indonesia pada tahun 2004. Selain itu, pada tahun 2004 Desa Surodadi mendapatkan penghargaan intensifikasi tambak terbaik tingkat nasional. Untuk itu, potensi utama yang dimiliki Desa Surodadi adalah hutan mangrove dan tambaknya. Akan tetapi, tambak yang sudah memiliki predikat terbaik, terancam dengan adanya kejadian alam yang terus terjadi, yaitu erosi. Untuk dapat mempertahankan potensi mangrove dan tambak di Desa Surodadi maka diperlukan sebuah perencanaan yang baik mengenai perancangan kawasan pesisir melalui pariwisata berkelanjutan. Berikut adalah skema konsep perencanaan perancangan:
Sumber: Analisis Kelompok 1B, 2013

Untuk menghasilkan konsep perancangan yang berintegrasi maka dibutuhkan integrasi antara potensi, elemen sustainable development, serta konsep konservasi. Konservasi dibutuhkan agar potensi mangrove dapat mengurangi ancaman degradasi oleh erosi. Selama ini konsep konservasi yang dikenal dan sudah ada seperti dalam bentuk budidaya mangrove maupun budidaya ikan di tambak. Konsep pariwisata yang akan dikembangkan di Desa Surodadi ini adalah konsep;
WISATA EDUKASI KONSERVASI MANGROVE DESA SURODADI
Come, Learn, and Enjoy!!

4.2           PENJABARAN KONSEP DARI SISI ELEMEN PARIWISATA

a.    Atraksi                         : Penyuluhan Budidaya Mangrove, flying fox, penyuluhan
                                      pengolahan buah mangrove dan buah api-api, penanaman bibit mangrove, tracking mangrove, penangkaran burung, mangrove paddle boat tour.
b.    Akomodasi                 : Auditorium untuk tempat penerangan informasi dan
pengenalan tentang dunia mangrove dan pengolahan mangrove dan tanaman api-api.
Chamber of Mangrove tempat penyuluhan pembudidayaan mangrove.
Restoran dimana pengunjung dapat beristirahat dan mengisi kembali energinya dengan berbagai makanan dan minuman.
Floating Market, merupakan lokasi penjualan terapung, yangmenjual barang-barang
                                      olahan mangrove dan buah api-api yang dapat dijadikan buah tangan dari area wisata ini.
Cottage, disediakan cottage sebagai tempat pengunjung untuk menginap dan beristirahat di kawasan wisata ini
c.     Transportasi                : Boat/ perahu (paddle boat) untuk menjelajahi mangrove
d.    Promosi                       : melalui Pameran Pariwisata, website, signage yang dipasang di
                                    Desa Surodadi sendiri, Kabupaten Demak, dan Semarang sebagai ibu kota Jawa Tengah
e.     Wisatawan                  : wisatawan domestic/ lokal dan wisatawan luar negeri

4.2.1   Penjabaran Konsep Atraksi
a.    Penyuluhan Budidaya Mangrove
Atraksi berlangsung di dalam auditorium yang akan terdapat sebuah tempat yang akan menunjukan presentasi mengenai pengenalan mangrove beserta penjelasan cara menanam mangrove sebelum nantinya menuju atraksi penanaman bibit mangrove di hutan mangrove.
b.    Flying Fox
Atraksi flying fox merupakan atraksi yang dipersiapkan untuk pengunjung yang berani memicu adrenalinnya untuk menikmati pemandangan area wisata mangrove dengan menggunakan seluncur tali dari tower ke tower.
c.     Penyuluhan pengolahan mangrove dan buah api-api
Atraksi ini akan dilaksanakan di auditorium. Pengunjung akan diberi sebuah presentasi dan peragaan pengolahan mangrove dan buah api-api menjadi makanan, minuman, souvenir, dll. Pengunjung juga dapat mencoba mengolah mangrove dan buah api-api secara langsung.
d.    Penanaman Bibit Mangrove
Atraksi penanaman bibit mangrove akan dilaksanakan setelah pengunjung diberikan arahan dan penyuluhan mengenai penanaman mangrove. Pengunjung akan mengimplementasikan hasil penyuluhan melalui penanaman bibit secara langsung di lahan yang akan ditanami mangrove di sepanjang garis pantai.


e.     Tracking mangrove
Atraksi ini akan berada di  sepanjang area wisata, mulai dari welcoming area hingga ke area restoran dan floating market. Pada atraksi ini, pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan mangrove disekitar. Akan terdapat pula atraksi penangkaran burung di tengah-tengah jalan sepanjang jalur tracking.
f.     Penangkaran Burung
Atraksi penangkaran burung akan berada di tengah-tengah sepanjang jalur tracking mangrove. Adanya penangkaran burung akan menambah nilai wisata bagi pengunjung yang memilih tour menggunakan tracking mangrove.
g.    Mangrove Paddle Boat Tour
Atraksi ini merupakan pilihan tour yang akan dipilih oleh pengunjung yang lebih memilih untuk menyusuri hutan mangrove dengan menggunakan perahu kayak menyusuri hutan mangrove hingga menuju ke area restoran dan floating market. untuk melengkapi atraksi ini akan terdapat beberapa dermaga perahu.

4.3           PENJABARAN KONSEP DARI SISI SUSTAINABLE DEVELOPMENT
a.    Ekonomi
Wisata ini akan memberdayakan masyarakat Desa Surodadi dan akan membangkitkan perekonomian warga sekitar. Adanya pariwisata budidaya mangrove dan tambak di desa ini akan meningkatkan pemasukan Kabupaten Demak dari sektor pariwisata melalui dana retribusi hyang akan dibayar oleh wisatawan. Dapat diketahui bahwa di Jawa Tengah, Kabupaten Demak menduduki peringkat kedua dengan angka wisatawan tertinggi melalui objek wisata religious Masjid Agung Demak, akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tidka sebanding dengan wisata nomor satu di Jawa Tengah yaitu Candi Borobudur yang jumlah wisatawannya terbanyak, dan pendapatan terbesar. Dengan adanya wisata mangrove dan tambak di desa ini, maka pendapatan Kabupaten Demak akan meningkat, dan secara tidak langsung pendapatan Jawa Tengah pun meningkat. Untuk itu dibutuhkan promosi dan peran serta pemerintah dalam mengembangkan perekonomian dari sektor pariwisata di Desa Surodadi. Selain dari pendapatan melalui retribusi wisatawan, pengolahan mangrove juga dapat menjadi sumber pemasukan, yaitu berupa produk batik mangrove, makanan mangrove, dan aksesoris dari mangrove yang dapat dijual di Floating Market  Desa Surodadi.

b.    Ekologi/ Lingkungan
      Desa Surodadi ternama dengan penghijauan kawasan pesisirnya. Untuk dapat mempertahankan predikat tersebut, maka dibutuhkan konservasi dan manajemen yang baik. Tidak hanya mangrove, tambak pun juga memiliki predikat yang baik. Selain prestasi yang baik, terdapat pula masalah-maslaah lingkungan di area mangrove dan tambak. Seluas 21 ha lahan mangrove tergolong rusak, dan seluan 210 ha lahan tambak sudah terendam oleh air laut. Agar mangrove dan tambak dapat terjaga dan terlindung dari degradasi yang disebabkan oleh erosi, maka upaya konservasi yang diselimuti konsep pariwisata akan sangat cocok.
Konservasi mangrove melalui aktivitas pariwisata akan dilakukan melalui wisata pembudidayaan mangrove melalui penanaman bibit-bibit mangrove di kawasan pesisir Desa Surodadi. Agar buah mangrove juga dapat diolah, maka konsep wisata yang dilakukan adalah melalui penyuluhan pengolahan buah mangrove menjadi makanan. Dengan itu, buah mangrove yang biasa terbuang dan mengotori lahan mangrove dapat diolah.

c.     Sosial
      Aspek sosial dalam konsep pariwisata ini adalah melalui pemberdayaan partisipasi masyarakat Desa Surodadi. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam mengelola pariwisata di Desa Surodadi sangat diperlukan agar masyarakat memiliki rasa tanggung jawab dan rasa membutuhkan terhadap wilayahnya. Melalui partisipasi dari masyarakat Desa Surodadi, maka secara tidak langsung masyarakapun dapat meningkatkan taraf kehidupannya dari sektor pariwisata ini. Bentuk partisipasi masyarakat yang dapat dikembangkan adalah:
1.     Partisipasi masyarakat dalam perencanaan wisata
2.    Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan wisata
3.    Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan wisata
4.    Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan wisata

4.4           INDIKATOR SKORING DESA SURODADI       
Penentuan deliniasi wilayah perencanaan dilakukan dengan metode scoring, pada tahap awal ditentukan tiga deliniasi wilayah perancangan yang kemungkinan akan menjadi fokus perencanaan. Pemilihan kawasan ini berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Scoring dilakukan dengan member bobot nilai pada tiap indicator yang merupakan indicator turunan dari konsep sustainable coastal tourism. Indicator ini meliputi indicator pariwisata, konservasi, dan pengembangan masyarakat beserta rinciannya masing-masing.
No
Indikator
Wilayah Studi
Wilayah Perancangan 1
Wilayah Perancangan 2
Wilayah Perancangan 3
Indikator Pariwisata - Industri
1
Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan wisata
 2
2 
2 
2
Pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir secara berkelanjutan
 0
0 
0 
3
Pengembangan obyek wisata
 2
2 
2 
4
Adanya kegiatan perikanan budidaya dan tangkap, serta pengolahan hasil perikanan menjadi objek kuliner
 0
1 
1 
5
Keberadaan ekosistem hutan Mangrove yang potensial dijadikan objek wisata
 0
2 
2 


4
7
7
Indikator Pariwisata – Destinasi
6
Pengembangan infrastruktur transportasi
 1
1 
1 
7
Akomodasi penginapan dan tempat makan
 3
3 
3 
8
Frekuensi kedatangan wisatawan pada kawasan wisata
 3
3 
3 
9
Jumlah wisatawan yang datang pada kawasan wisata
 3
3 
3 


 10
10 
10 
Indikator Pariwisata – Pemasaran
10
Promosi potensi wisata pantai dan mangrove
 2
2 
2 
11
Adakah souvenir sebagai promosi potensi wisata
 1
2 
2 
12
Adakah Web pariwisata sebagai promosi pada internet
 3
3 
3 


 6
7 
7 
Indikator Pariwisata – Kelembagaan
13
Penataan ruang pada kawasan pesisir
 2
2 
2 
14
Kinerja aparat untuk penegakan hukum atas over-eksploitasi pesisir
 1
2 
3 
15
Pengembangan bantuan usaha modal
 1
1 
1 
16
Kebijakan pemerintah yang menguntungkan pengembangan ekowisata
 0
1 
1 


 4
6 
7 
Indikator Konservasi - Perlindungan Sistem Penyangga
17
Rehabilitasi ekosistem atau habitat hutan mangrove
 0
1 
1 
18
Kondisi ekosistem hutan mangrove
 1
3 
3 
19
Kondisi pelestarian hutan mangrove
 1
2 
2 
20
Keadaan pengelolaan hutan mangrove
 1
3 
3 
21
Kondisi alam (meliputi jenis tanah, keadaan pantai berlumpur/berpasir
 1
1 
1 


 4
10 
10 
Indikator Konservasi - Pengawetan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan dan Satwa beserta ekosistem
22
Kesesuaian upaya pemanfaatan lahan dengan fungsi aslinya
1 
1 
1 
23
Kejelasan aturan dan batasan mengenai peralihan fungsi lahan
 2
2 
2 
24
Kondisi keanekaragaman
 2
2 
2 
25
Upaya perlindungan terhadap jenis tumbuhan yang ada
 1
1 
1 
26
Upaya perlindungan terhadap satwa alami
 2
2 
2 
27
Upaya perlindungan terhadap ekosistem asli
 0
1 
1 
28
Tersedianya badan/lembaga terkait
 1
1 
1 


 9
10 
10 
Indikator Konservasi - Pemanfaatan secara Lestari Sumber Daya Alam Hayati beserta ekosistemnya
29
Membudidayakan kembalilahan – lahan yang telah dimanfaatkan
2 
2 
2 
30
Tingkat kerusakan lingkungan akibat adanya pemanfaatan
2
2
2 
31
Kepedulian penduduk terhadap lingkungan
2 
2 
2 


 6
6 
6 
Indikator Pemberdayaan Masyarakat – Ekonomi
32
Peningkatan kegiatan produksi yang ramah lingkungan.
2 
2 
2 
33
Inovasi pengembangan usaha lainnya yang ramah lingkungan
1 
2 
2 
34
Peningkatan taraf hidup suatu keluarga
2
2 
2 
35
Keberlanjutan suatu usaha.
2 
2 
2 
36
Pemasaran hasil usaha penduduk
2 
2 
2 


 9
10 
10 
Indikator Pemberdayaan Masyarakat - Sosial Budaya
37
Pengaruh budaya asli di wilayah perancangan terhadap wilayah yang lebih luas
 1
1 
1 
38
Kehidupan sosial (interaksi) antar masyarakat
1 
1 
1 
39
Tingkat kriminalitas
 0
0 
0 
40
Pemahaman masyarakat terkait potensi pariwisata di wilayah mereka
 1
2 
2 


 3
4 
4 
Indikator Pemberdayaan Masyarakat - Lingkungan Hidup
41
Kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan
 2
2 
2 
42
Upaya masyarakat untuk menjaga lingkungannya
 1
2 
2 
43
Kerjasama/perhatian dari pemerintah dengan masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup
 0
1 
1 


3 
5 
5 
Indikator Pemberdayaan Masyarakat – Politik
44
Kebijakan dari instansi pemerintah (desa/kecamatan) terkait lingkungan hidup
1 
1 
1 
45
Peran pemerintah (desa/kecamatan) terkait lingkungan hidup
1 
1 
1 
46
Peran /partisipasi masyarakat terkait kebijakan pemerintah
1 
1 
1 
47
Peran organisasi masyarakat terkait lingkungan hidup
1 
1 
1 


 4
4 
4 

TOTAL
56
69
74

KETERANGAN
0          : Sangat Baik
1           : Baik
2          : Buruk
3          : Sangat Buruk

Berdasarkan hasil scoring didapat wilayah dengan skor paling rendah adalah wilayah perancangan satu, dengan ini wilayah yang akan menjadi fokus perancangan kawasan pariwisata Desa Surodadi adalah wilayah perencanaan satu. Karena memiliki skor paling rendah, maka wilayah perancangan satu dapat dikatakan lebih memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata jika dilihat dari indicator yang digunakan dalam scoring.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About